Inflasi Bali Tetap Terjaga Dalam Rentang Target Sasaran
- 09 April 2025
- Ekonomi & Bisnis
- Denpasar

Denpasar, PorosBali.com- Berdasarkan rilis BPS Provinsi Bali, perkembangan harga gabungan kabupaten/kota perhitungan inflasi di Provinsi Bali pada Maret 2025 secara bulanan mengalami inflasi sebesar 1,61% (mtm), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mengalami deflasi 0,57% (mtm). Secara tahunan, inflasi Provinsi Bali meningkat menjadi 1,89% (yoy) dari 1,21% (yoy) pada Februari 2025, dan masih terjaga dalam rentang target 2,5±1%.
Hal ini diungkapkan Kepala BI Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja dalam relis yang diterima Baliviralnews.com, Rabu (9/4/2025). “Inflasi bulan Maret 2025 di Provinsi Bali secara umum cukup terkendali meski terdapat beberapa komoditas yang perlu mendapat perhatian karena mengalami peningkatan harga cukup tinggi seperti komoditas hortikultura,” ujarnya.
Untuk itu, ke depan tetap diperlukan penguatan pengendalian inflasi melalui kolaborasi, inovasi, dan sinergi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) khususnya dalam menyambut rangkaian Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Galungan pada April 2025.
Secara spasial, seluruh kota/kabupaten IHK mengalami inflasi bulanan dan tahunan. Singaraja mengalami inflasi bulanan tertinggi sebesar 1,71% (mtm) atau 1,09% (yoy), diikuti Kota Denpasar yang mengalami inflasi bulanan sebesar 1,69% (mtm) atau 2,53% (yoy). Selanjutnya, Kab. Tabanan mengalami inflasi bulanan sebesar 1,52% (mtm) atau 1,84% (yoy), dan Kab. Badung mengalami inflasi bulanan sebesar 1,45% (mtm) atau 1,32% (yoy).
Inflasi di Provinsi Bali terutama disumbang oleh Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga, serta Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau. Berdasarkan komoditasnya, inflasi bulan Maret 2025 terutama bersumber dari normalisasi tarif listrik pasca kebijakan diskon. Lebih lanjut, terdapat kenaikan harga komoditas hortikultura seperti cabai rawit dan bawang merah seiring terbatasnya pasokan di tengah peningkatan permintaan pada HBKN Nyepi dan Idulfitri. Sementara itu, inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh penurunan harga daging babi, tarif angkutan udara, harga daging ayam ras, kangkung, dan tomat. Penurunan harga daging babi didorong oleh peningkatan pemotongan daging untuk memenuhi permintaan pada HBKN, sedangkan penurunan tarif angkutan udara sejalan dengan kebijakan Pemerintah menurunkan harga tiket pesawat pada periode libur Lebaran.
Baca Juga: BI Bali dan Perbankan Kolaborasi Perluasan QRIS, Gandeng 100 UMKM dan 100 Ojek Online
Ke depan, beberapa risiko yang perlu diwaspadai antara lain peningkatan permintaan barang dan jasa serta canang sari pada rangkaian HBKN Galungan, serta kenaikan harga daging dan telur ayam ras di tengah peningkatan harga jagung di tingkat global, sebagai bahan baku pakan ternak. Lebih lanjut, harga emas perhiasan dan minyak goreng juga berpotensi meningkat seiring dengan kenaikan harga emas global dan Crude Palm Oil (CPO). Selain itu, normalisasi tarif listrik untuk pelanggan pasca bayar pemakaian bulan Maret dan normalisasi harga angkutan udara juga menjadi potensi risiko inflasi yang perlu diwaspadai.
Untuk memitigasi risiko inflasi ke depan, Bank Indonesia Bali terus memperkuat sinergi dan inovasi bersama seluruh kabupaten/kota di Bali untuk mengimplementasikan strategi 4K pengendalian inflasi, yakni Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi yang Efektif. Dalam jangka menengah panjang, Bank Indonesia Bali juga mengajak seluruh TPID untuk bersama-sama menjaga stabilitas harga dan mewujudkan ketahanan pangan melalui peningkatan produktivitas lahan pertanian.
Produktivitas dapat ditingkatkan melalui penguatan implementasi regulasi perlindungan lahan pangan berkelanjutan dan mitigasi alih fungsi lahan, penguatan pengairan, implementasi benih unggul, serta perluasan hilirisasi.
Selanjutnya, produktivitas pertanian juga perlu didorong melalui peningkatan efisiensi rantai pasok dengan penciptaan ekosistem ketahanan pangan yang melibatkan BUMDes, perumda pangan, dan koperasi, serta kerjasama hulu-hilir antara petani, penggilingan, perumda pangan, dan horeka (hotel, restoran, dan kafe) disertai dengan penguatan implementasi regulasi optimalisasi penggunaan produk lokal oleh horeka di daerah. Melalui sinergi tersebut, Bank Indonesia Bali meyakini inflasi Provinsi Bali pada tahun 2025 akan tetap terjaga dalam kisaran target inflasi nasional 2,5%±1%. (pbm6)
Komentar