FT Unmas Denpasar Sosialisasikan Energi Panas Bumi, Hadirkan Narasumber Kementerian ESDM
- 17 Desember 2022
- Pendidikan
- Denpasar
Denpasar, PorosBali.com- Fakultas Teknik (FT) Universitas Mahasaraswati (Unmas) Denpasar menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bertema "Pengembangan Energi Panas Bumi Untuk Mendukung Net-Zero Emissions" bertempat di Aula kampus setempat, Sabtu (17/12/2022).
FGD FT Unmas berkolaborasi dengan Indonesia Geothermal Golf Club (IGGC) menghadirkan pembicara utama Direktur Panas Bumi Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Harris Yahya secara virtual.
Dekan FT Unmas Denpasar, Dr. Ir. I Made Sastra Wijaya, M.Erg mengatakan kegiatan FGD ini merupakan upaya FT Unmas Denpasar memberikan pemahaman positif terkait energi panas bumi atau geothermal. Pasalnya, saat ini energi listrik di Bali sangat terbatas sehingga membutuhkan energi baru terbarukan salah satunya energi panas bumi atau Geothermal. Lebih lanjut Sastra Wibawa menyebut pengalaman di Bali pada 2002, ketika itu rencana geothermal di Bedugul, Tabanan sempat ditolak oleh sejumlah masyarakat Bali. Padahal, Bali membutuhkan cadangan energi listrik yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menyusul Bali sebagai tujuan pariwisata.
Baca juga: Unud Gelar Investment Summit Program Wirausaha Merdeka Tahun 2022
"Untuk itu perlu pemahaman yang positif kepada masyarakat bahwa energi baru terbarukan melalui Geothermal ini merupakan sumber energi bagi Bali dalam memenuhi kebutuhan listrik di Bali," ujarnya seraya mengatakan pendekatan sosial, budaya melalui local genius atau kearifan lokal perlu dilakukan agar nantinya energi panas bumi geothermal bisa diterima oleh masyarakat. Local genius itu, jelas Sastra Wibawa, Bali memiliki kepala, badan dan kaki. Geothermal itu berada di kepala atau hulu, yang disebut Utamaning Mandala yang dapat mempengaruhi daerah hilir yaitu badan dan kaki. Dengan demikian akan memberi manfaat kepada seluruh daerah di Bali
Sastra Wibawa menambahkan Bali sebagai daerah tujuan pariwisata terbesar jangan sampai tergantung dengan daerah lain dalam hal pemenuhan energi listrik.
"Ketika kabel listrik laut terputus, geothermal ini bisa bisa menjadi cadangan. Sebenarnya kita sangat membutuhkan geothermal itu," terangnya.
Dekan FT Unmas Denpasar, Dr. Ir. I Made Sastra Wijaya, M.Erg. (foto/ist)
Oleh karena itu, Sastra Wibawa berharap melalui FGD ini akan menghasilkan sesuatu yang dapat disumbangkan kepada bangsa dan negara.
Sementara Direktur Panas Bumi Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Harris Yahya menyampaikan apresiasi kepada FT Unmas Denpasar yang turut mensosialisasikan pengembangan energi panas bumi di wilayah Bali. Dikatakannya, krisis energi yang disebabkan oleh konflik Rusia dan Ukraina maka penyediaan energi nasional juga tidak bisa lagi bertumpu pada energi fosil, batubara, minyak dan gas yang semakin hari kesediannya semakin langka. "Jika kita lihat ketersediaan energi fosil saat ini untuk minyak dan gas kita punya banyak," ujarnya. Lebih lanjut dikatakannya, untuk produksi sehari-hari sekitar 600 ribu barel tetapi konsumsi setiap harinya sekitar 1,2 juta barel. Jadi selisihnya itu dipenuhi dengan impor. "Kita ketahui impor kita dipengaruhi oleh situasi kondisi global yang dipengaruhi antara lain harga minyak. Impact dari konflik Rusia-Ukraina itu tentunya pada subsidi kita," jelas Harris.
Harris mengatakan subsidi tahun ini diperkirakan sebanyak 300 triliun. Sebelum-sebelumnya subsidi berada pada kisaran 100 hingga 200 triliun.
"Tentunya ini memberi dampak yang berat kepada APBN kita dalam rangka melaksanakan pembangunan yang lain," imbuhnya.
Direktur Panas Bumi Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Harris Yahya. (foto/ist)
Di sisi lain, kata Harris, Indonesia punya potensi yang besar khususnya panas bumi yang menjadi modal sangat besar dalam rangka transisi energi menuju energi yang efisien atau terbarukan yang pada akhirnya kita pada Net Zero Emission. Artinya, Indonesia tidak lagi memproduksi energi emisi rumah kaca. "Emisi yang kita produksi adalah melalui pemanfaatan teknologi yang baik. Kita memiliki Geothrrmal sebagai salah satu energi terbarukan berpotensi memproduksi 23.400 megawatt," jelasnya.
Baca juga: Pemkot Denpasar Apresiasi Musyawarah Wilayah HIMPSI Bali X Tahun 2022
Indonesia menjadi negara terbesar kedua di dunia setelah AS dalam memproduksi energi panas bumi geothermal dengan kapasitas terpasang sebesar 2.432 megawatt melampaui Filipina. Dengan potensi ini Indonesia patut berbangga untuk memproduksi energi panas bumi dalam menyediakan energi listrik. Di Bali ada potensi 335 megawatt yang tersebar di sejumlah daerah diantaranya Banyuwedang, Seririt, Penebel, Danau Buyan, Danau Beratan, Kintamani, Batur. Penyediaan energi terbarukan ini bukan hanya untuk kebutuhan masyarakat tetapi juga untuk pariwisata, agribisnis dan industri lainnya. "Sehingga peran energi panas bumi dalam menciptakan masa depan yang bersih, hijau dan berkelanjutan menjadi sangat strategis," pungkasnya.
Suasana FGD yang menghadirkan tiga pembicara dari IGGC. (foto/ist)
FGD FT Unmas Denpasar menghadirkan tiga pembicara dari Indonesia Geothermal Golf Club, yaitu Ashadi, S.T, M.T, Ilen Kardani dan M.Yunus. (Pbm5)
Komentar