Media Berita Online Bali Terkini, Kabar Terbaru Bali - Beritabali.com

Ketua TP PKK Provinsi Bali Ny. Putri Koster Sampaikan Pentingnya Atasi Gangguan Mental

Ketua TP PKK Provinsi Bali Ny. Putri Koster Mengisi Dialog "Bahagia dan sejahtera" Topik "Gangguan Mental, Gejala, Penyebab dan Mengobati", di Studio TVRI Bali, Rabu (9/3).

Denpasar, PorosBali.com- Gangguan mental atau yang biasa kita sebut sebagai gangguan kejiwaan perlu mendapat perhatian dari pihak terkait, terutama lingkungan sekitar. "Apabila kita memiliki tetangga yang rada-rada mengalami stres, terutama akan terlihat dari perubahan sifat dan sikap, maka perlu bagi kita sebagai tetangga yang merupakan lingkungan terdekat memberikan penanganan pertama misalnya memberikan simpati dan perhatian untuk menyapa dan mengajak bercengkerama agar uneg-uneg dan beban yang sedang dihadapi bisa di sharing atau dibagi. Penting sekali bagi kita untuk saling memperhatikan lingkungan dan tetangga sekitar, jangan sampai mereka mengalami tekanan bathin yang mengakibatkan terganggunya ketenangan seseorang untuk meneruskan hidupnya," ungkap Ny. Putri Suastini Koster yang menjabat sebagai Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali, dalam dialog Bahtera (Bahagia dan Sejahtera), di Studio TVRI Bali, Rabu (9/3).

Ny. Putri Koster yang berdampingan dengan Prof. LK Suryani sebagai Psikiater dan Pemerhati Kesehatan Mental dan dr. Tjok Jaya Lesmana selaku salah satu dosen dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, menambahkan bahwa sebanyak 20% dari jumlah penduduk Bali mengalami gangguan mental bahkan sebagian dari mereka nekat memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri (ulah pati).

Untuk menjaga ketangguhan bangsa maka kita semua sebagai pengisi DRI kemerdekaan harus mampu menjadi sehat terlebih dahulu, agar dapat berpandangan ke depan dan fokus kepada tujuan untuk membangun negeri dan bangsa dengan menjadi generasi yang sehat, cerdas dan berkualitas sehingga mampu bersaing di kancah internasional, dengan menguasai teknologi dan informasi.

Kesehatan mental menjadi perhatian dari Tim Penggerak PKK Provinsi Bali yang kemudian diteruskan kepada Tim Penggerak PKK Kabupaten, Kecamatan hingga desa karena kesehatan jiwa akan mempengaruhi kualitas hidup seseorang atau keluarga.
"Tidak ada orang sakit apalagi gangguan mental yang sukses, karena kesuksesan itu membutuhkan ketekunan, kecerdasan dn kesehatan untuk mengeluarkan ide-ide cemerlang," imbuh Ny. Putri Koster yang aktif mensosialisasikan agar ibu-ibu rumah tangga menyiapkan waktu luang bagi keluarganya, terutama anak-anaknya.

TP PKK Provinsi Bali mengambil tugas dan fungsi untuk mensosialisasikan dimana kesehatan itu bukan hanya sebatas sehat fisik dan raga, melainkan juga terkait dengan kesehatan psikis dan juga mental. "Jangan sampai karena enggan mengeluarkan isi uneg-uneg atau beban dalam hati kemudian menimbulkan kegundahan yang berakibat pada gangguan mental atau jiwa, terlebih saat dimasa pandemi yang sebagian besar masyarakat Bali mengalami putus kerja, beralih profesi dan semakin seringnya berkumpul dalam rumah yang mengakibatkan kebingungan/ jenuh karena penghasilan untuk menyambung hidup terbatas bahkan tidak ada.

Selain itu, peran keluarga dan pola asuh orang tua (terutama seorang ibu) akan menunjukkan kualitas karakter anak yang dihasilkan. "Mari kita asuh putra-putri kita dengan kasih sayang dan cinta, sehingga mereka akan lahir dan tumbuh menjadi anak-anak yang cerdas, liat dan berkualitas," ungkapnya.


Sementara Prof. LK Suryani (Psikiater dan Pemerhati Kesehatan Mental) mengatakan kecemasan dan ketegangan yang diakibatkan karena kurangnya bergaul ditengah masyarakat dan kurangnya keinginan untuk membuka diri serta berkomunikasi dengan orang lain, menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya stres dan tekanan dalam diri, sehingga tidak sedikit dari mereka yang merasa tidak kuat akan tekanan hidup akan menjadi stres, kalut dan memilih jalan untuk mengakhiri hidupnya (bunuh diri).

Gangguan mental atau gangguan jiwa bisa juga terjadi saat seorang anak itu diproses oleh orangtuanya (tanpa pernah terpikirkan akan pola asuh dan pendidikan yang harus disiapkan ketika anaknya lahir, tumbuh dan berkembang nantinya). Selain itu, trauma masa lalu juga menjadi faktor lain munculnya tekanan dalam bathin seseorang yang mengakibatkannya memilih untuk menutup diri dari orang lain, sehingga sulit baginya untuk mendapatkan pencerahan dan teman sharing dilingkungan tempatnya tinggal.

Untuk mendeteksi secara diri terhadap seseorang yang mengalami gangguan mental akan terlihat dari perubahan sifat dan sikap terhdap orang lain. "Salah satu contoh adalah seseorang akan terlihat menjadi pendiam dan sering bengong sendiri dengan tatapan mata yang kosong. Tidak ada salahnya sebagai tetangga kita wajib bertegur sapa dan bercengkerama untuk berbagi pengalaman dalam bentuk komunikasi aktif yang berisi motivasi hidup untuk terus berjuang dan maju tanpa harus mengutamakan rasa putus asa yang tumbuh dihatinya, intinya jangan pernah abai terhadap lingkungan, tetangga, keluarga dan terutama diri kita sendiri," ungkap LK Suryani.

Selain mampu bekerja keras dan selalu siap untuk menghadapi tantangan hidup, sebagai orangtua juga wajib menyiapkan waktu "kuality time" untuk keluarganya terutama anak-anak. Karena kebersamaan akan menumbuhkan rasa percaya diri bagi anak-anak untuk bersiap melangkah menghadapi kerasnya persaingan hidup.

"Therapi yang paling sederhana adalah hal yang dilakukan oleh para guru, saat usai memberikan pelajaran, sebaiknya anak didik diberikan kesempatan untuk meletakkan peralatan belajar termasuk gadgetnya, lalu bernyanyi bersama dan mengeluarkan beban dalam diri dengan cara berteriak di kelas,  lalu berdoa dan memikirkan dirinya untuk berubah menjadi lebih baik," sarannya.

Sedangkan dr. Tjok Jaya Lesmana (Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Udayana) menyampaikan berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain menjadi salah satu cara untuk melepaskan kepenatan, rasa kelas, beban hidup bahkan tekanan yang dirasakan oleh seseorang. Dan kualitas tidur akan sangat mempengaruhi kualitas kesehatan mental seseorang dalam menjalani tantangan dan hidup keesokan harinya. Karena tidur bukan hanya sebatas istirahat, namun juga sebuah healing atau mengembalikan diri kita sendiri untuk lebih siap beraktivitas keesokan harinya. "Apabila istirahat atau tidur kita saja sudah kurang, maka orgn tubuh termasuk mental akan merasa lebih dan kurang siap untuk beraktivitas. Oleh karenanya, berikan kesempatan tubuh kita untuk meregangkan otot yang sedari tadi sudah berjuang melewati hari-hari beratnya, dan menyadari bahwa kekuatan yang harus dikembalikan oleh tubuh kita, karena beristirahat yang baik itu bukan dilihat dari kuantitas nya namun terlebih kepada kualitas," tegas dokter Tjok. Jaya Lesmana.

Stres dan gangguan mental ditengah masyarakat lebih banyak dirasakan bagi mereka yang sudah terlanjur berada pada stigma bahwa gangguan mental atau jiwa akan sulit disembuhkan, dan akses layanan kesehatan yang juga relatif sulit didapatkan. "Selain stigma tadi, terdapat perubahan aspek sosial budaya yakni berubahnya fungsi kontrol sosial ditengah masyarakat, yang pada jaman dahulu apabila ada seseorang yang memilih bunuh diri (ulahpati), maka tempat mengubur dan tingkatan upacaranya berbeda dengan seseorang yang meninggal secara wajar. Namun di jaman sekarang (saat ini) mereka yang memilih jalan mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri atau ulahpati mendapatkan haknya untuk dilaksanakan upacara (tempat kuburan dan tingkatan upacara) yang sama dengan yang meninggal secara wajar.

Dunia globalisasi yang digenggam melalui gadget, mempermudah seseorang mendapatkan informasi termasuk kronologis seseorang dengan gangguan mental dan memilih bunuh diri. Dari kronologi itulah pihak lain dapat menyimak baik cetak ataupun elektronik, yang kemudian direkam oleh otaknya, dan tanpa sadar saat dia stres atau berada dalam tekanan akan dapat melakukan hal yang serupa juga.

Dengan melakukan healing maka kita akan sadar bahwa ada sesuatu dalam diri dan perlu diperbaiki, dimana seseorang yang mampu melihat hal ini  secara holistik dan menyeluruh akan mampu mengobati dirinya sendiri. Oleh sebab itu, konsep Tri Kaya Parisudha yakni penerapan dalam mengendalikan pikiran, perkataan dan perbuatan sangat penting untuk kita kuasai. (Pbm1)


TAGS :

Komentar