Media Berita Online Bali Terkini, Kabar Terbaru Bali - Beritabali.com

Prospektif Tingkatkan Perekonomian, Bali Mesti Garap Wisatawan Domestik

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Propinsi Bali Trisno Nugroho

Denpasar, PorosBali.com- PPKM Darurat di Jawa-Bali sudah berlangsung 11 hari. Dunia usaha mendapat dampak paling besar. Oleh karena  itu, diperlukan strategi dalam memperkuat resiliensi dunia usaha di era PPKM Darurat ini. 

Selama pandemi covid-19, Bali menjadi daerah yang perekonomiannya paling lesu. Pembukaan border internasional yang direncanakan Juli, batal setelah ada lonjakan kasus Covid-19 di Pulau Jawa dan Bali yang kini menjadi wilayah episentrum.

Sejalan dengan penerapan PPKM Darurat, Senior Econom of Indef Dr. Aviliani, SE., M.Si. melihat, pariwisata Bali akan cepat kembali pulih begitu pintu lintas negara ke Bali dibuka. Namun untuk saat ini, menurut Aviliani, wisatawan domestik bisa jadi tumpuan meningkatkan ekonomi pariwisata.

“Kalau wisatawan asing belum ada, mau tidak mau Bali harus menghormati wisatawan domestik. Pariwisata sudah jadi kebutuhan pokok untuk orang Indonesia, sampai saat ini Bali belum tertandingi,” ujarnya pada acara webinar SURYA (Survey Bicara) dengan topik “Memperkuat Resiliensi Dunia Usaha di Era PPKM”, yang digelar Kantor Perwakilan Bank Indonesia Propinsi Bali, Kamis (15/7/2021).

Lanjutnya, hingga saat ini pariwisata sudah menjadi kebutuhan pokok sehingga wisatawan akan segera datang lagi ke Bali. Aviliani mengingatkan Bali untuk mulai care terhadap wisatawan domestik. Hal ini karena wisatawan domestik pun sangat prospektif ke depannya.

Aviliani juga memberikan tips kepada pemerintah dalam rangka menggeliatkan sektor pariwisata sekaligus meningkatkan ekonomi Bali, yakni pmerintah perlu memberikan subsidi bagi demand, bukan subsidi bagi pelaku pariwisata. Dia mencontohkan, pemerintah bisa memberikan subsidi penerbangan atau subsidi akomodasi bagi wisatawan sehingga wisatawan banyak ke Bali dan pelaku pariwisata bisa menjual jasanya sesuai dengan harga normal.

Aviliani juga meminta Bali mampu memberikan kepercayaan atau trust kepada masyarakat nasional maupun mancanegara bahwa Bali layak dikunjungi. Salah satunya pandemi covid-19 bisa ditekan seminimal mungkin dengan menerapkan CHSE, serta menerapkan protokol kesehatan dengan ketat untuk menekan covid-19.

“Jikalau prokes dilakukan secara disiplin oleh masyarakat. Bali akan bangkit. Hal ini tak hanya perlu dilakukan pengusaha pariwisata tetapi juga seluruh masyarakat di Bali,” jelasnya.

Kiat untuk menggerakkan ekonomi Bali juga disampaikan narasumber lainnya yakni Deputi Kepala Perwakilan BI Bali Rezki E. Wimanda. Dia mengungkapkan, Bali perlu melakukan terobosan untuk melaksanakan pariwisata berkualitas (quality tourism). Dengan pariwisata berkualitas, ujarnya, lama tinggal wisatawan lebih panjang serta kemampuan belinya relatif lebih besar.

Selain itu, Bali juga bisa mulai merintis wisata kesehatan serta wisata pendidikan dengan mendirikan serta memberi izin investasi di sektor kesehatan dan pendidikan.

Rizki mengungkapkan, sampai pada gelombang kedua pandemi Covid-19 di Indonesia, kinerja pariwisata Bali bertumpu pada kedatangan wisatawan domestik.

Data yang menunjukkan perbandingan jumlah wisman dan wisdom selama periode Januari-Juli 2021 mencatat, kedatangan wisatawan asing hingga Juli 2021 sebanyak 426 orang, sedangkan, wisatawan domestik dalam periode yang sama sebanyak 839 ribu orang.

Sementara itu, menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia Propinsi Bali Trisno Nugroho, dalam beberapa minggu terakhir, kasus COVID-19 di Indonesia menyentuh angka yang
tinggi sehingga mendorong pemerintah menetapkan adanya PPKM Darurat termasuk juga di provinsi Bali. Meskipun demikian, vaksinasi COVID-19 yang terus digencarkan oleh pemerintah dengan target vaksinasi 1 juta per hari, bahkan Pak Presiden Jokowi mengarahkan untuk dinaikkan menjadi 2 juta per hari pada bulan Agustus nanti tentunya akan memberikan optimisme terhadap pemulihan kondisi Indonesia ke depan termasuk dalam hal perekonomian.

Meskipun demikian, vaksinasi harus terus diiringi dengan penerapan protokol Kesehatan yang ketat. “Termasuk di antaranya kegiatan-kegiatan saat
ini masih terus diupayakan dilakukan secara daring, salah satunya kegiatan pada siang hari ini,” katanya.

Lanjut Trisno,di masa yang penuh dengan ketidakpastian terutama dalam pandemi COVID-19 seperti saat ini, peran data dan informasi terutama melalui survei menjadi hal yang penting. Data dan informasi tersebut berperan sebagai leading indicator penyusunan perkiraan
perkembangan perekonomian ke depan yang pada akhirnya bermuara untuk menentukan arah kebijakan perekonomian nasional.

“Bank Indonesia saat ini berupaya agar analisis dan asesmen yang disusun selalu forward looking terhadap perekonomian
ke depan,” ungkapnya. Dengan demikian, kebijakan yang diambil dapat bersifat mengantisipasi atau mendahului situasi yang mungkin akan terjadi ke depan.

Untuk mencapai hal tersebut, kata Trisno, diperlukan berbagai survei baik yang bersifat rutin maupun insidentil yang dilaksanakan di seluruh provinsi di Indonesia termasuk Bali. “Survey yang
dilakukan oleh Bank Indonesia bertujuan untuk mengetahui secara lebih dini mengenai perkembangan harga dan kondisi perekonomian ke depan,” jelasnya.

Pada kesempatan ini, pihaknya akan melakukan diseminasi terkait Perkembangan Ekonomi Bali Terkini yakni kondisi triwulan II 2021. “Kami secara rutin melakukan survey untuk
mengetahui bagaimana perkembangan perekonomian baik dari sisi rumah tangga
maupun dunia usaha,” katanya.

Beberapa survey yang lakukan adalah 1. Survey Konsumen (SK) untuk mengetahui perkiraan konsumsi Rumah Tangga ke depan, 2. Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) untuk mengetahui indikasi perkembangan kegiatan ekonomi di
sektor riil secara triwulanan, serta 3. Survey Penjualan Eceran (SPE) untuk melihat pergerakan nilai penjualan di tingkat eceran.

Di samping itu, Bank Indonesia Provinsi Bali juga menyelenggarakan survey insendentil sesuai dengan kondisi dan kebutuhan data terkini. Dalam kesempatan ini, terdapat juga pemaparan mengenai Dampak Bantuan Sosial Terhadap Pola Konsumsi kepada 160 responden masyarakat di Provinsi Bali yang menerima bantuan sosial dari Pemerintah.
Survei-survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia tersebut juga sesuai dengan best practice yang dilakukan oleh bank-bank sentral di beberapa negara maju maupun negara berkembang lainnya. “Kinerja ekonomi kami harapkan dapat tergambar dari hasil survei serta menjadi salah satu tools yang kuat dalam memberikan gambaran komprehensif tentang perkembangan ekonomi secara regional maupun cakupan nasional,” tandas Trisno. (Pbm2)


TAGS :

Komentar