Menjaga Pertumbuhan Ekonomi Bali Saat Pandemi Covid-19
- 13 Mei 2020
- Ekonomi & Bisnis
- Denpasar
Denpasar, Porosbali.com – Kondisi keuangan di Bali di tengah situasi pandemi tentu mengalami sedikit terganggu oleh karena roda ekonomi tidak berjalan dengan baik, karena banyak kendala yang dihadapi menyebabakan tidak berjalan normal, agar tidak mengalami inflasi tentu berbagai langkah perlu dilakukan.
Kepala Perwakilan wilayah Bank Indonesia Bali, Sutrisno Nugroho pada Selasa (12/5) mengatakan beberapa upaya harus dilakukan Bali dalam situasi seperti sekarang ini.
Adapun yang harus dilakukan di Bali ada lima langkah yakni pertama, selama ini masyarakat bisa dibantu melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Daerah (APBN/APBD) atau dibantu oleh masyarakat atau lembaga agar masyarakat terbantu.
Kedua, menjaga ketahanan pangan agar tetap terjaga. Pemerintah selalu berkoordinasi terhadap bulog, menjaga ketahanan pangan dengan melihat sektor pertanian dan perikanan yang ada.
Ketiga, melakukan penyelamatan terhadap sektor formal dan informal. Keempat, memulihkan pariwisata Bali. Dan Kelima, pemulihan ekonomi secara keseluruhan di Bali, disamping juga penanganan terhadap Covid-19 ini.
Sutrisno melihat, upaya ini akan hidup berdampingan selama pandemi ini belum berakhir atau sampai batas waktu yang belum bisa dipastikan.
Untuk itu, pihaknya mengajak membuka sektor ekonomi kedepannya, sebagai satgas pemerintah provinsi bagaimana memberikan opsi dan membuka peluang sektor ekonomi bisa berkembang.
“Beberapa negara juga sudah membuka sektor pariwisata, kita di Bali juga mau membuka agar ekonomi berjalan bagus, namun tetap memperhatikan protokol kesehatan,” imbuhnya,” jelasnya saat acara Program Sosial Bank Indonesia dengan membagikan paket sembako dan masker kepada PWI, Kepala Desa, Bendesa dan masyarakat terdampak Covid-19,” di Kantor Perawakilan BI wilayah Bali.
Selain itu, kata Sutrisno, untuk sementara sampai sekarang kondisi moneter dan inflasi di Bali masih terjaga, pasalnya bersama instansi terkait pihaknya selalu melakukan komunikasi antara LPS, BI dan Gubernur BRI selalu melakukan pers conference untuk melaporkan kondisi moneter per pekan.
“Astungkara inflasi kita rendah dan masih terjaga dan rupiah juga menguat tidak lagi seperti semula, untuk pertumbuhan ekonomi tentu mengalami penurunan untuk sementara mengingat ekonomi seperti sekarang ini,” ungkapnya.
Sementara korelasi antara dampak sosial tersebut, sambung Sutrisno, tentu belum bisa dipenuhi secara penuh, misalnya dengan jumlah masyrakat Bali sekitar 4,2 juta namun bisa dibantu 1,2 juta paket sembako, sementara dari Kemenpar Ekraf hanya membantu 10 ribu paket sembako. Pihaknya berharap jika dari APBD/APBN kurang, dirinya mengajak masarakat dan lembaga-lembaga untuk ikut berpartisipasi agar masyarakat tetap bertahan dan hidup, serta antusias melakukan perbaikan depannya.
Sementara Anggota Komisi XI DPR RI Gst. Agung Rai Wirajaya mengatakan sebagai bank sentral Bank Indonesia (BI) pihaknya berharap
PSB dinaikakan terus agar diketahui masyarakat, membangun ekonomi untuk menjaga inflasi.
“Fungsi selain moneter juga membangun ekonomi, Mereka (BI) juga ikut membangun klaster seperti bawang, beras, sudah dilakukan BI. jelasnya.
Wirajaya menyebut, selama ini BI diapandang sudah melakukan berbagi upaya seperti membangun komonukasi, memberikan bantuan terhadap lingkungan, bahkan sudah dilakukan di seluruh Bali, serta membangun komunikasi dengan Gubernur BI agar ekonomi Bali tidak terlalu jauh merosot daat situasi seperti sekarang ini.
Bali, lanjut Wirajaya, mengandalkan sektor pariwisata, tentu terdampak saat Covid-19 menyebar di Bali, pihaknya kalau tidak membuka akan mengalami kesulitan, namun jangan terlalu lebar, melihat situasi belum terlalu pulih, namun tetap menjaga jarak, mencuci tangan, memakai masker, disamping kontinuitas tetap dijaga, agar Bali tetap pulih.
“Kami berharap Mei ini berakhir tidak ada pernambahan lagi. Mari bergotong royong bersama-sama tangani covid- 19 ini,” pungkasnya.(pbm5)
Komentar