Ruang Berbahasa Bali Makin Sempit, Gubernur Koster Ajak Masyarakat Lestarikan Budaya Bali
- 02 Maret 2025
- Seni Budaya
- Denpasar

Denpasar, PorosBali.com- Gubernur Bali Wayan Koster mengajak seluruh masyarakat untuk lebih aktif menggunakan bahasa Bali dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk pelestarian budaya Bali. Ajakan ini disampaikan dalam penutupan Bulan Bahasa Bali VII pada 1 Maret 2025. Saat itu, Koster menyoroti semakin menyempitnya ruang penggunaan bahasa Bali di tengah arus globalisasi.
“Bahasa Bali adalah warisan leluhur yang harus kita jaga. Jika kita tidak aktif menggunakannya, bahasa ini bisa semakin terpinggirkan, bahkan punah. Kita tidak boleh membiarkan itu terjadi,” ujar Koster dalam pidatonya.
Menurutnya, generasi muda saat ini semakin jarang menggunakan bahasa Bali, baik di lingkungan keluarga maupun dalam kehidupan sosial. Pengaruh digitalisasi dan modernisasi juga semakin menggeser penggunaan bahasa daerah, termasuk bahasa Bali, sehingga perlu ada langkah nyata untuk memastikan bahasa ini tetap lestari.
Gubernur Bali menekankan, pelestarian bahasa Bali bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat luas. Ia mengajak orang tua untuk membiasakan berkomunikasi dengan anak-anak mereka menggunakan bahasa Bali sejak dini.
“Jangan malu berbicara dalam bahasa Bali. Biasakan anak-anak kita berbicara dalam bahasa Bali di rumah, di sekolah, dan dalam berbagai kegiatan sosial. Jika kita tidak memulai dari keluarga, ke depan bahasa Bali bisa semakin jarang digunakan,” ucapnya.
Baca Juga: Bahasa Bali Harus Lestari, Gubenur Koster Ajak Generasi Bangga
Gubernur Koster kembali menegaskan, tanpa regulasi yang kuat dan partisipasi masyarakat, upaya pelestarian bahasa Bali akan sulit berhasil. Oleh karena itu, pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan, termasuk mewajibkan penggunaan aksara Bali di papan nama kantor pemerintahan dan fasilitas umum.
“Kami sudah menerbitkan regulasi agar aksara Bali digunakan di berbagai fasilitas umum, tetapi ini tidak cukup. Yang lebih penting adalah bagaimana kita membiasakan diri menggunakan bahasa Bali dalam percakapan sehari-hari. Ini adalah kunci agar bahasa Bali tetap hidup,” jelas Koster.
Ia juga meminta agar dunia pendidikan semakin memperkuat pembelajaran bahasa Bali di sekolah-sekolah. Menurutnya, sekolah memiliki peran penting dalam membentuk kebiasaan berbahasa Bali di kalangan anak-anak dan remaja. “Kami akan terus mendorong agar bahasa Bali diajarkan dengan lebih menarik dan menyenangkan, sehingga anak-anak semakin mencintai bahasa dan budaya mereka sendiri,” tutupnya.(pbm1)
Komentar