Duta Badung Tampilkan Enam Jenis Busana Adat Khas Daerah di PKB XLVI
- 08 Juli 2024
- Seni Budaya
- Denpasar
Denpasar, PorosBali.com- Serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVI tahun 2024, salah satu kegiatan yang digelar berupa Parade (Utsawa) Busana Adat Khas Daerah se-Bali. Dalam kesempatan tersebut, dengan bangga Duta Kabupaten Badung menampilkan busana terbaiknya yang bertemakan “Dharma Cakra Wastra” di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Art Center Denpasar, Sabtu (6/7/2024).
Saat parade (utsawa) berlangung, duta Kabupaten Badung ini memanjakan mata pengunjung dengan menampilkan enam jenis busana adat yakni busana mepeed, busana ke pura anak-anak, busana menek kelih, busana kerja adat, busana mepandes dan busana pawiwahan.
Koordinator Tim Penata Busana Kerja Adat dan ke Pura, I Gusti Ngurah Agung Sasmitra Wiguna mengatakan, tema yang diangkat tahun ini adalah Dharma Cakra Wastra dan menggunakan pakem yang sudah ada di Badung. “Hari ini Kabupaten Badung mengangkat tema Dharma Cakra Wastra. Harapan kami bahwasannya pakem busana di Badung akan terus berlanjut tanpa mengubah sedikit pakemnya, namun yang bisa diubah adalah materinya, seperti kain yang digunakan,” ucap Sasmitra Wiguna.
Sasmitra Wiguna menjelaskan, material tenun di Bali bisa terus berlanjut tanpa harus menghilangkan ciri khas dan untuk proses pengerjaan busana, membutuhkan waktu yang lama serta perlu banyak hal yang perlu dipersiapkan. “Terkait dengan tema, penggunaan material tenun di Bali itu bisa terus berlanjut tanpa meninggalkan ciri khas dari Bali itu sendiri,” ungkapnya.
Baca Juga: Diikuti 30 Peserta, Diskop UKMP Badung Gelar Pelatihan Desain Mode bagi UMKM
Untuk busana adat ke pura dan adat kerja prosesnya sekitar 2 bulan, dikarenakan proses menenun kain itu butuh waktu lama. Untuk payas agung prosesnya sampai 3 bulan, dikarenakan banyak hal yang harus dipersiapkan seperti, aksesoris, bunga, wastra, dan prada.
Ni Nyoman Budawati, S.Sn, selaku Penata Busana Kawya Gaya Bebadungan mengungkapkan, selendang Brahmara menjadi ciri khas di Kabupaten Badung dan menjadi pembeda antara kabupaten lainnya.
“Yang membedakan riasan Kabupaten Badung lainnya adalah terletak dalam sebuah selendang bernama selendang Brahmara. Selendang Brahmara ini mencerminkan riasan Kabupaten Badung yang diambil dalam riasan khas Puri Mengwi. Selain selendang Brahmara, juga terletak pada kain kamen yang menggunakan motif bun kacang, yang menandakan kita di Kabupaten Badung memiliki puri yang sangat terkenal dan tersohor pada masanya yaitu, Puri mengwi,” ungkap Ni Nyoman Budawati.
Selain itu, dalam payasan khas di Kabupaten Badung, payas utama yang kita beri nama Kawya yang kita ambil dari julukan lain dari Puri Mengwi. Ini diperuntukkan bagi laki-laki yang menggunakan udeng sebagai ciri khasnya. Ciri khas untuk perempuan diberi nama pusung tanduk gaya Mengwi, tambah Penata Busana Kawya Gaya Bebadungan itu.
Sedangkan, I Wayan Awi Marwida, SS, MM, selaku Penata MUA Kabupaten Badung merasa sangat senang diberikan kesempatan untuk berkarya dan juga mengembangkan lagi tradisi yang sudah ada khususnya di Kabupaten Badung.
Perwakilan DWP Kabupaten Badung mengapresiasi penampilan dari Duta Kabupaten Badung serta menyampaiakan agar terus berkreativitas dan tampil maksimal. “Untuk para desainer, perancang busana, dan para pencipta karya busana adat khusunya Kabupaten Badung selalu tampil maksimal dan ke depannya agar lebih ditingkatkan lagi serta tetap berkreativitas. Saya sangat apresiasi terhadap penampilan duta Badung hari ini,” ucapnya.
Dengan mengambil tema “Dharma Cakra Wastra” , para perancang ingin menyampaikan pesan yaitu keberlangsungan busana dalam kehidupan adat Bali terus berputar, sesuai dengan perkembangan zaman tanpa mengubah pakem yang ada. Bali boleh maju dengan perkembangan zaman. Bali boleh ikut dalam arus globalisasi, namun jangan sampai akar adat, budaya Bali tergerus oleh semua itu. (Pbm2)
Komentar