Media Berita Online Bali Terkini, Kabar Terbaru Bali - Beritabali.com

Persaingan Ketat, Wayan Suyasa Harap UMKM Lebih di Perhatikan

Wakil Ketua DPRD Badung Wayan Suyasa

Badung, PorosBali.com- Wakil Ketua DPRD Badung Wayan Suyasa yang dipastikan bertarung di Pilkada Badung 2024 berduet dengan Wayan Disel Astawa dalam Paket Wasudewa, dipastikan sudah memiliki sejumlah strategi untuk meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan volume usaha pelaku usaha mikro kecil dan menengah atau UMKM. Selain bantuan modal lunak, dia pun memastikan memberikan pendampingan dari sisi produksi sehingga produk UMKM mampu bersaing serta mengawal pemasaran produk tersebut. Apa lagi yang akan dilakukan?

Saat ditemui di kediamannya bilangan Desa Penarungan Mengwi Badung, Sabtu 25 Mei 2024, Wayan Suyasa menyatakan, UMKM yang ada selama ini terkadang hanya digunakan sebagai lifestyle, dibutuhkan untuk men-support popularitas, brandnya pun dinaikkan. Bagi Suyasa, ke depan UMKM harus betul-betul diberi perhatian secara penuh, apalagi di era persaingan ketat. Contoh, saat ini ada warung-warung yang dikelola warga luar Bali berinovasi buka 24 jam. Warga kita belum mampu melaksanakan hal tersebut. Namun persaingan harus kita hormati.

Bicara Badung, ujar Suyasa, potensi kuliner sangatlah besar. Dia menunjuk UMKM kuliner di Abiansemal khususnya di Blahkiuh maupun di Sangeh. Ini sangat potensial dan masyarakat pun sangat gemar menikmati produk kuliner tersebut karena testenya enak.

Hal ini, ungkapnya, harus diimbangi dengan pelayanan dan kebersihan demi menjaga kesehatan bersama. Pemerintah pun perlu hadir berupa memberikan bantuan permodalan lunak dengan regulasi yang jelas. “Selain modal, perlu pemahaman dan pembinaan dalam meningkatkan kualitas produk. Satu lagi, tentu tempat. Walaupun warung sederhana tetapi dibuat menarik dengan model yang sama sehingga tidak kelihatan kotor. Tugas pemerintah membuatkan itu dan masyarakat tinggal menggunakannya,” tegas Suyasa.

Baca Juga: DPRD Badung Dukung Pemkab Modernisasi Pasar Tradisional

Bicara UMKM, ungkapnya, bagaimana pemerintah bisa memberikan rasa nyaman. Bukan berarti pemerintah harus membangun sebuah tempat seperti mall untuk UMKM. Menurut Ketua FSP Bali Kabupaten Badung tersebut, bangunannya cukup yang standar sehingga masyarakat menengah ke bawah tidak merasa takut atau beban berkunjung ke tempat tersebut.

Gedung mewah, ujarnya, membuat pasar atau tempat UMKM akan sulit dijangkau masyarakat menengah ke bawah. “Yang diperlukan UMKM adalah tempat yang transparan, rasional, bersih dan menyatu dengan masyarakat. Ini akan memberi dampak lebih bagi UMKM,” ujarnya lagi.

Bagaimana dengan pemasaran? Suyasa tidak menampik bahwa Badung punya potensi besar di sektor pariwisata karena memiliki hotel maupun retoran dalam jumlah banyak. Namun jujur dia menilai, potensi ini belum maksimal dimanfaatkan untuk memasarkan produk-produk UMKM Badung.

Dia pun menilai wajar karena produk UMKM tidak boleh asal masuk ke hotel maupun restoran. Yang bisa masuk tentu produk berstandar kualitas yang dibutuhkan wisatawan. “Di sinilah kita perlu membuat regulasi bagaimana produk lokal bisa masuk minimal 30 persen dari kebutuhan sektor pariwisata,” katanya.

Untuk memenuhi standar kualitas, pemerintah pun perlu memberikan bimbingan atau pendampingan. “Jika produk bagus, harga bisa bersaing, pasti hotel dan restoran akan memberikan kesempatan produk UMKM masuk dan ini juga sebagai penghargaan terhadap produk lokal,” tegasnya yakin. (pbm2)


TAGS :

Komentar