Sekda Badung Minta Naskah Kuno Tidak Terlalu Disakralkan
- 16 Mei 2024
- Info & Peristiwa
- Badung
Badung, PorosBali.com- Sekda Badung Wayan Adi Arnawa mewakili Bupati Badung, Kamis (16/5/2024) membuka Sosialisasi Ingatan Kolektif Nasional (IKON) hasil kerja sama Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Badung dengan Perpustakaan Nasional di sebuah hotel di Kuta. Selain Sekda, acara tersebut dihadiri perwakilan Kepala Perpustakaan Nasional, Kadis Kearsipan dan Perpustakaan Badung Wayan Kristiani, narasumber serta ratusan peserta.
Naskah kuno yang mampu dihimpun dalam sebuah ruang atau museum, menurut Sekda Adi Arnawa, menjadi alternatif destinasi wisata yang baru. “Dengan begitu, di Bali akan terjadi diversifikasi objek wisata selain budaya, sport tourism, healty tourism dan yang lainnya,” tegasnya.
Dengan banyaknya alternatif wisata, tegasnya, Bali tidak akan menjenuhkan. Wisatawan baik domestik maupun mancanegara akan tetap berkunjung ke Bali khususnya Badung sehingga pendapatan Badung yang bertumpu pada sektor pariwisata akan tetap bertahan.
Di sisi lain, Sekda juga berharap, naskah kuno tidak terlalu disakralkan bahkan tidak boleh disentuh. Naskah kuno harus bisa dibuka dan dibaca. Dengan begitu, materi-materi yang ada di naskah kuno tersebut bisa dipahami dan memberikan manfaat dan nilai terhadap kehidupan. “Kami minta jangan terlalu disakralkan dengan hanya diberikan sesajen,” tegasnya.
Kadis Kearsipan dan Perpustakaan Badung Wayan Kristiani menyatakan, hari ini pihaknya menggelar acara Sosialisasi Ingatan Kolektif Nasional bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional. “Di sini kami berupaya menggali informasi dari naskah kuno yang ada di masyarakat,” tegasnya.
Baca Juga: Bupati Giri Prasta Hadiri Halal Bihalal Masjid Se-Jembrana
Selain itu, ungkapnya, pihaknya juga memiliki program untuk melakukan perawatan terhadap naskah-naskah kuno tersebut. Dengan begitu, naskah-naskah kuno tersebut bisa bermanfaat bagi anak cucu kita kelak,” tegasnya.
Senada dengan Sekda, Kadis Kristiani juga berharap semua naskah kuno tersebut harus bisa dibuka oleh masyarakat, jangan terlalu disakralkan. Ketika terlalu disakralkan dan tidak pernah dibuka, justru dalam waktu tertentu, yang tersisa hanya sampulnya. “Jika ini terjadi tentu naskah kuno ini tidak akan memberikan manfaat dan nilainya tidak diketahui,” ungkapnya.
Pada kesempatan itu, Wayan Kristiani juga memaparkan memiliki program memelihara dan merawat. Selain itu, pihaknya juga memetakan nasakah-naskah kuno termasuk tempatnya saat ini ada di mana. “Kami memiliki program ini,” tegasnya sambil menambahkan, pihaknya menurunkan tim dan aktif mencari tahu di mana naskah-naskah kuno tersebut berada.
Sebelumnya perwakilan Kepala Perpustakaan Nasional menyatakan, program IKON termasuk dalam pengarusutamaan naskah Nusantara. Kegiatan ini menjadi stimulus bagi daerah yang telah mengembangkan naskah unggulan. “Saat ini ada enam provinsi yang sudah menggelar sosialisasi IKON ini. Keenamnya adalah Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Selatan, Jawa Timur, Bali (khususnya Badung), dan Sumatera Utara,” ungkapnya. (pbm2)
Komentar