Lagi, Ketua TP PKK Provinsi Bali Ny. Putri Suastini Koster Sosialisasikan 'Gangguan Mental'
Denpasar, PorosBali.com- Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali Ny. Putri Suastini Koster secara berkelanjutan melaksanakan sosialisasi terkait pentingnya menjaga kesehatan mental. Gangguan kesehatan mental dapat diakibatkan oleh berbagai penyebab, salah satunya kecemasan, kepanikan, kekhawatiran berlebih dalam menata masa dengan akibat perekonomian yang tidak pasti.
Kesehatan mental atau Kesehatan Jiwa sesuai Undang-Undang nomor 18 Tahun 2014 adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari tentang kemampuan dirinya sendiri untuk dapat mengatasi tekanan dan dapat bekerja secara produktif sekaligus mampu memberikan kontribusi untuk komunitas dan lingkungannya.
Untuk meminimalkan terjadinya kecemasan dan gangguan mental yang nantinya mempengaruhi kesehatan jiwa, Ny. Putri Koster menyampaikan bahwa gerakan pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga yang selanjutnya disebut dengan Gerakan PKK adalah gerakan dalam pembangunan masyarakat yang tumbuh dari, oleh dan untuk masyarakat menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat sejahtera, maju dan mandiri, keseteraan dan keadilan gender, kesadaran hukum dan lingkungan.
Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2017 tentang Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga, maka program PKK dalam bentuk sosialisasi dan aksi sosial menjadi kegiatan rutin yang dilakukan, terlebih di masa pandemi Covid-19 yang hingga saat ini belum juga berakhir. Menindaklanjuti Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2017, Ny. Putri Koster mengajak Tim Penggerak PKK Kabupaten, Kecamatan hingga Desa untuk bersinergi dalam mewujudkan segala bentuk kegiatan yang berjalan seirama untuk mencapai tujuan kesejahteraan masyarakat, terutama yang mengacu kepada program unggulan TP PKK.
Yang disoroti oleh Tim Penggerak PKK saat ini adalah meningkatnya kasus bunuh diri yang diakibatkan oleh gangguan mental dan tekanan yang tidak dapat dikendalikan oleh seseorang. “banyak permasalahan yang terjadi saat ini, namun sebagian orang lebih memilih diam dan memendam permasalahannya, sehingga orang lain tidak akan mengetahui apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dibantu untuk meringankan beban orang tersebut. hal inilah yang nantinya dapat memicu seseorang akan memilih untuk mengambil tindakan cepat untuk mengakhiri hidupnya. Saya ingin semua pihak untuk dapat saling perduli dengan lingkungan dan tetangganya, karena itulah fungsi kita menyama (bersaudara) untuk saling dapat memperhatikan dan meringankan beban oranglain,” tegas Ny. Putri Koster.
Ditambahkannya, “mari kita jaga Bali dengan menjaga kesehatan diri kita sendiri terlebih dahulu, karena ketika wisatawan berkunjung dan datang ke Bali dengan disambut oleh masyarakat Bali yang sehat maka mereka juga akan merasa nyaman untuk berada di pulau seribu pura dan dikenal sebagai pulau surga ini. Tidak ada salahnya untuk kita menjaga dan mencegah munculnya sakit mental dalam diri kita, karena mengobati tentu akan lebih sulit dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Dengan memulai berpikir yang positi, berkata dan bertingkah laku yang positif oula kita mampu menjaga diri kita, keluarga kita bahkan oranglain yang ada dilingkungan terdekat untuk tetap sehat dan tidak terluka hatinya,” imbuh Ny. Putri Koster.
Dengan menjaga kesehatan psikis, maka fisik kita juga akan terlihat sehat dan segar yang secara langsung juga mempengaruhi kesehatan lahiriah, bathiniah, jasmani, rohani dan spiritual tentunya.
Tidak dipungkiri, pandemi Covid-19 menyebabkan munculnya banyak permasalahan dan meningkatnya kasus gangguan mental karena merosotnya perekonomian dan menyebabkan semakin banyaknya waktu berkumpul dirumah namun tidak menghasilkan uang (akibat PHK), namun hal ini tidak boleh membuat kita berlarut terus menerus sehingga menganggu perkembangan anak, mengganggu kesehatan mental sekeluarga (biasanya ditunjukkan oleh susah tidur) melainkan harus disikapi dengan cepat untuk mengambil alih keputusan untuk menghasilkan uang, baik itu beralih ke bidang kuliner atau penyediaan jasa lainnya.
Dengan mental yang sehat, maka pembentukan karakter keluarga melalui pola asuh yang sesuai dengan nilai dasar Pancasila, meningkatkan pendidikan dan ekonomi keluarga, memperkuat ketahanan keluarga melalui pemenuhan pangan, sandang, rumah sehat layak huni serta tata laksana rumah tangga sekaligus meningkatkan kesehatan, kelestarian lingkungan hidup dengan perencanaan sehat akan dapat diwujudkan.
Melalui visi menuju Bali Era Baru diharapkan akan mampu diwujudkannya penataan secara fundamental dan komprehensif pembangunan Bali yang mencakup tiga aspek utama, yakni Alam, Krama dan Kebudayaan Bali berdasarkan nilai-nilai Tri Hita Karana yang bersumber dari nilai-nilai kearifan lokal Sad Kerthi.
Dua narasumber dalam webinar Prof. Luh Ketut Suryani seoang Psikiater dan Pemerhati Kesehatan Mental dan dr. Cokorda Bagus Jaya Lesmana yang juga Psikiater Fakultas Kedokteran Universitas Udayana mengatakan bahwa gangguan mental adalah kondisi kesehatan yang mempengaruhi pikiran, perasaan, perilaku, suasana hati atau kombinasi diantaranya. Kondisi ini dapat terjadi sesekali atau berlangsung dalam waktu yang lama (kronis) dengan gejala waham atau delusi dimana seseorang meyakini sesuatu yang tidak nyata dan bersifat halusinasi, mengalami suasana hati yang berubah-ubah, perasaan sedih yang berlangsung dalam kurun waktu lama, mengalami gangguan makan dan perubahan pada pola tidur, sering marah berlebihan hingga melakukan kekerasan bahkan suka berteriak tidak jelas bahkan sampai memiliki ketergantungan pada obat-obatan terlarang.
Terdapat beberapa penyebab terjadinya gangguan mental diantaranya adanya gangguan pada fungsi sel saraf di otak, infeksi, kelainan bawaan, kerusakan otak akibat benturan, kekurangan oksigen pada otak bayi saat proses persalinan, memiliki keluarga atau orangtua yang gangguan jiwa, kekurangan nutrisi, peristiwa traumatis, kehilangan orangtua atau disia-siakan pada usia kecil, kurang mampu bergaul dengan oranglain, perceraian atau perpisahan dengan pasangan dan perasaan rendah diri atau kesepian. Jadi dua penyebab gangguan mental baik itu faktor biologis ataupun faktor psikologis sama-sama memiliki peran untuk dihindari.
Untuk mencegah terjadinya gangguan mental perlu dukungan banyak pihak agar kita tidak berdiri sendiri dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah yang muncul. Karena secara global pengobatan gangguan mental dapat dilakukan dengan cara datang langsung ke psikiater untuk melakukan psikoterapi, obat-obatan, rawat inap, suport grup dimana minimal dilakukan oleh anggota pengidap penyakit mental yang sudah dapat mengendalikan emosi dengan baik, stimulasi otak dengan melakukan terapi elektrokonvulsif, stimulasi magnetic transkranial, pengobatan eksperimental, pengobatan terhadap penyalahgunaan zat terlarang (NAPZA) dan yang terpenting adalah membuat rencana bagi diri sendiri, contohnya mulai mengatur gaya hidup dan kebiasaan sehari-hari untuk melawan penyakit mental. Dalam hal ini keluarga adalah komponen utama yang memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan mental, karena seperti yang diketahui bersama bahwa sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. (Pbm1)
Komentar