Media Berita Online Bali Terkini, Kabar Terbaru Bali - Beritabali.com

Ketua MGPSSR Bali Giri Prasta Hadiri Karya Mamukur Jro Mangku Istri Pura Gede Dalem Warung Buduk

Bupati Giri Prasta saat menghadiri rangkaian Karya Pitra Yadnya Atma Wedana/Mamukur Jro Mangku Istri Pura Gede Dalem Warung, Br. Umakepuh, Desa Buduk, Mengwi, Rabu (3/11)

Badung, PorosBali.com- Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta selaku Ketua Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) Provinsi Bali, Rabu (3/11) lalu, menghadiri rangkaian Karya Pitra Yadnya Atma Wedana/Mamukur Jro Mangku Istri Pura Gede Dalem Warung, Br. Umakepuh, Desa Buduk, Mengwi.

Setibanya di karang suci tempat upacara atma wedana, Giri Prasta berkesempatan mengikuti prosesi ngajum sekah dengan merangkai daun beringin sebagai bagian dari simbol sebuah puspa bersama Ida Pandita Mpu Nabe Griya Agung Adhika Sari, Buduk.

Giri Prasta mengharapkan, semoga upakara pitra yadnya ini memargi antar, labda karya, tetap guyub ring pasemetonan, segilik, saguluk, salunglung, sabayantaka. Hadir mendampingi Giri Prasta, Ketua MGPSSR Kabupaten Badung I Gede Eka Sudarwitha yang juga Kadis Kebudayaan Badung, Camat Mengwi I Nyoman Suhartana, Perbekel Buduk beserta MGPSSR Kecamatan Mengwi dan Desa Buduk. Sebagai wujud bhaktinya, Giri Prasta mepunia Rp25 juta yang diterima Prawartaka Karya, I Gede Arsadana.

Lebih lanjut Giri Prasta menyampaikan, terima kasih sudah dapat hadir di tengah-tengah semeton di Buduk yang melaksanakan karya memukur kinembulan atau nyekah bersama. Hal ini sudah sesuai dengan sastra dan lontar yang ada, sekaligus telah menjalankan swadharma sebagai umat yaitu dharmaning leluhur, dharmaning agama dan dharmaning negara.

Disebutkan, dalam prosesi upacara atma wedana, ada namanya murwa daksina mengitari genah suci/peyadnyan. Puspa dituntun oleh sapi gading sebagai prelambang linggih Dewa Siwa yang mengantarkan atma menuju surga. “Dalam prosesi ini wajib ada panca suara yaitu suara genta, memutru membaca lontar atma presangsa, wali topeng, wayang lemah dan kidung,” jelasnya.

Setelah murwa daksina, dilanjutkan nyegara gunung yang disebut catur loka pala. Bila nyegara gunung menuju Utara ke Beratan, Timur ke Goa Lawah, Selatan ke Uluwatu dan Barat ke Batukau. Usai meajar-ajar, kembali ke bale peyadnyan untuk nilapati dan matur uning ke pura khayangan tiga dan budal ke rumah masing-masing melinggih di pelinggih rong tiga.

Yang paling utama, menurut Giri Prasta, adalah saat ngelinggihang puspa yang disebut Dewa Pretista, menyatukan bumi dengan langit. Pada prosesi ini puspa akan nyineb angga menjadi Bhatara Hyang Guru. “Sesuai lontar panglukuning dasa aksara dan Lontar Panglukuning Panca Aksara Pari Kandaning Parhyangan, saat ngelinggihang dengan konsep padu muka. Lanang, bahasa sansekertanya “dik” tempatnya di Selatan, bhataranya Brahma. Sementara istri, bahasa Sansekertanya “widik” tempatnya di Utara, bhataranya Wisnu. Tengah-tengah siwa guru, sehingga terjadinya reinkarnasi,” pungkasnya.

Prawartaka Karya, I Gede Arsadana menyampaikan, karya atma wedana Jro Mangku Istri, diikuti pula 5 puspa dari semeton dua banjar yaitu Br. Gunung dan Br. Umakepuh. Terlaksananya karya ini didasari manah suci nirmala dan segilik seguluk semeton bersama sehingga dapat menggelar karya mamukur. Rangkaian karya pada Buda Pon Sungsang, Rabu 3 November yaitu ngangget don bingin, nunas tirta ening dan ngajum sekah. Puncak karya dilaksanakan pada Wraspati Wage Sungsang, Kamis 4 November 2021. Jumat, 5 November dilanjutkan upacara meajar-ajar, Ida Bhatara mewali ke karang suci dan ngunggahang Ida Bhatara Hyang. (Pbm2)


TAGS :

Komentar